SELAMAT DATANG DI PORTAL AGARA ONLINE BUMI SEPAKAT SEGENAP. Ulang lupeken Pepatah Kalak Ndube, “ SEPAKAT SEGENEP KITE KEKHINE”, “LEPAS NI HAMBAT TADING NI ULIHI”

Banjir Landa Tiga Kabupaten (Dampak Terparah di Agara)

Sepanjang Minggu hingga Senin (22-23/5) kemarin, banjir melanda tiga kabupaten di Aceh, meliputi Aceh Utara, Aceh Barat Daya (Abdya), dan Aceh Tenggara (Agara). Ekses terparah dirasakan di Agara, karena selain banjir bandang, juga terjadi longsor yang menimbun badan jalan, sehingga berbagai kendaraan dari Agara menuju Gayo Lues (Galus) tak bisa melintas, demikian pula sebaliknya. Banjir terbaru justru terjadi di Aceh Utara, Senin pagi. Meliputi empat kecamatan: Matangkuli, Paya Bakong, Tanah Luas, dan Pirak Timu. Banjir disebabkan meluapnya air Krueng Keureuto yang alirannya mencakup empat kecamatan tersebut.

Amatan Serambi kemarin, tinggi air yang merendam puluhan desa di empat kecamatan itu lebih dari satu meter. Banjir juga merendam SDN 6 Matangkuli, MTsN 1, dan MAN 1 Matangkuli. Akibatnya, aktivitas belajar-mengajar di sekolah itu dihentikan.

Terlihat pula relawan PMI, SAR, RAPI, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Aceh Utara siaga di lokasi banjir. Namun, sampai berita ini diturunkan belum ada warga yang meninggalkan desanya yang kebanjiran. Mereka hanya mengungsi ke rumah saudara yang kebetulan tak terkena banjir, namun masih berada di desa itu. Adanya rumah yang kebanjiran, ada yang tidak, itu karena topografi desa itu ada yang landai, ada yang berbukit.

Desa yang terendam di Matangkuli meliputi Desa Hagu, Tumpok Barat, Parang Sikureung, Ceubrek Pirak, Lawang, Tanjong Teungku Kari, Tanjong Haji Muda, Punti, Blang, Mee, dan Desa Alue Euntok.

Banjir juga merendam Desa Asan Krueng Kreh, Rayeuk Pange, Geulumpang, Bungong, Lubok, Ceumeucet, dan Desa Alue Bungkoh di Kecamatan Pirak Timu. Di Tanah Luas, banjir merendam Desa Serba Jaman dan Desa Rayeuk Kuta. Sedangkan di Kecamatan Paya Bakong, banjir merendam Desa Meuria Lhong dan Desa Jok.

Mukim Pirak, Abdullah, meminta agar pemerintah setempat membangun tanggul sungai di daerah itu. “Kami harap, pemerintah membangun tanggul di sekitar DAS Krueng Keureuto, sehingga kami tak selalu didera banjir,” ujar Abdullah.

Pemerintah juga diminta memberikan bantuan boat untuk desa-desa yang kerap banjir. “Kalau ada boat di kampung, masyarakat bisa langsung dievakuasi ke dataran tinggi begitu banjir,” sebut Abdullah.

Sementara itu, sekitar pukul 13.30 WIB kemarin, Bupati Aceh Utara, Ilyas A Hamid, meninjau sejumlah lokasi banjir. “Kita akan bangun tanggul untuk kecamatan yang terkena banjir. Pokoknya dalam waktu dekat, kita buat program pembangunan tanggul itu,” pungkas Ilyas.

Banjir Agara
Dari Agara dilaporkan, hujan yang mengguyur kabupaten itu menyebabkan Desa Penangalan, Seldok, dan sejumlah lokasi lainnya di Kecamatan Ketambe, Minggu (22/5/2011) sekitar 22.00 WIB dilanda banjir bandang. Akibatnya, jalan tertimbun longsor yang bermaterikan bebatuan, tanah, dan pohon, sehingga kendaraan roda empat maupun jenis lainnya dari Agara menuju Gayo Lues tak bisa melintas, begitu pula sebaliknya.

Kendaraan dari dan ke dua kabupaten itu terpaksa antrean 12 jam, akibat opprit jalan di Desa Penangalan putus 20 meter lebih. Selain itu, tiga rumah warga dibawa banjir dan satu unit gedung Yayasan Darul Aitam roboh akibat dihantam arus sungai.

Bencana banjir bandang itu langsung ditinjau Bupati Agara Ir Hasanuddin B, didampingi unsur muspida setempat. Bupati langsung mengerahkan dua alat berat jenis scopel untuk membersihkan jalan.

Sulaiman, warga setempat, kepada Serambi, Senin mengatakan, pada malam itu hujan turun deras, sehingga terjadi banjir bandang pada Minggu (22/5) pukul 21.30 WIB. Akibat banjir itu kayu gelondongan menumpuk di jembatan, sehingga jalan sepanjang 20 meter ambruk.

Bupati Agara Hasanuddin B mengatakan, banjir bandang itu terjadi akibat hujan terus-menerus membawa kayu. Kayu itu merupakan hasil pembalakan liar yang sudah lama terjadi.

Menurut Bupati, penanganan akan dilakukan secara darurat dan mengembalikan fungsi sungai serta memperbaiki opprit jembatan yang rusak. Tapi perbaikan jalan agar transportasi Agara-Gayo Lues lancar belum terselesaikan pada pukul 14.00 WIB kemarin.

Kata Bupati Agara, ke depan akan dibangun beronjong permanen dan diperbaiki opprit jembatan yang rusak, maupun rumah yang rusak dilanda banjir. Kebutuhan biayanya akan diajukan ke provinsi dan ke Jakarta, karena Pemkab Agara hanya menangani dampak banjir pada saat masa panik.

Krisis air bersih
Dilaporkan juga, akibat banjir Agara ini, warga Desa Seldok, Desa Penangalan, Kecamatan Ketambe, mengalami krisis air bersih. Salamah, warga Desa Seldok, kepada Serambi, Senin (23/5) mengatakan, saat ini mereka kesulitan memperoleh air bersih, karena air sungai di Seldok berlumpur akibat banjir bandang. Air tersebut tak bisa mereka manfaatkan untuk memasak, mencuci pakaian, dan kebutuhan lainnya.

Untuk mendapatkan air bersih, mereka terpaksa membelinya ke Kumbang yang jaraknya mencapai belasan kilometer. Untuk itu, mereka minta kepada Pemkab Agara agar memberikan air bersih, baik untuk memasak maupun mencuci pakaian.

Bupati Agara Hasanuddin B mengatakan, pihaknya telah mendatangkan dua mobil tangki berisi air bersih untuk masyarakat Desa Seldok dan Desa Penangalan.

Banjir Abdya
Dari Blangpidie, ibu kota Abdya dilaporkan, sedikitnya dua dusun di Gampong Persiapan Lhok Gayo, Kecamatan Babahrot, Minggu (22/5) malam dilanda banjir. Banjir luapan setinggi 70 cm yang sempat menggenangi puluhan rumah penduduk dan belasan hektare sawah warga itu diperkirakan akibat hujan lebat yang berdampak meluapnya aliran sungai setempat.

Jaruddin (38), mantan Kadus Lhok Gayo yang ditemui Serambi, Minggu malam menuturkan, banjir luapan yang sudah dua kali terjadi selama Mei ini akibat makin dangkalnya aliran sungai dan tersumbatnya sejumlah saluran pembuang di desa itu. Masyarakat setempat berharap PT Juya Aceh Mining (PT JAM) dan dinas terkait segera meninjau kondisi warga sekitar. Dia tambahkan, hujan lebat yang berujung banjir luapan itu terjadi sekira pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Namun, selang beberapa menit kemudian air terus naik dan meluap hingga ke permukiman penduduk. Bahkan ikut menenggelamkan areal persawahan warga yang baru ditanami padi.

“Kami sempat merekam kejadian itu. Kami yakin itu dampak dari beroperasinya tambang bijih besi, sebab sebelumnya kejadian seperti ini tak pernah terjadi di desa kami,” paparnya.

Jaruddin yang didampingi sejumlah warga lainnya berharap, pihak PT JAM dan Pemkab Abdya segera membuat saluran pembuang di desa itu agar terhindar dari dampak banjir yang sudah dua kali terjadi dalam sebulan ini.

“Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan masyarakat sekitar akan terus menerima dampaknya. Kami tak menuntut banyak, kami hanya ingin PT JAM dan Pemkab Abdya membangun saluran pembuang di desa kami. Jika kondisi ini dibiarkan, masyarakat di sini yang akan dirugikan,” kata Jaruddin.

Serambi yang turun ke lokasi malam itu melihat bekas ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa. “Hingga kini kami masih merasa waswas akan terjadinya banjir susulan, sebab hingga Senin (23/5) siang cuaca mendung masih menyelimuti kawasan kami,” ujarnya.  Terhadap kondisi tersebut, Serambi belum berhasil memperoleh konfirmasi dari PT JAM.

ads

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 14.08 Kategori:

0 comments:

Posting Komentar

 

VISITOR