Bagus Soetopo Sucito Putro (61) dikenal sebagai Flight Operation
Officer (FOO) di kalangan penerbangan. Namun, di tengah masyarakat, ia
lebih dikenal sebagai pencinta alam.
"Bapak memang suka hiking, mendaki gunung, atau pergi ke pedalaman kalau liburan," tutur Sunny Leoni Kesumasari (17), putri bungsu Alm Topo, kepada Kompas.com di rumah duka, Kompleks Villa Japos B3, Nomor 2, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Sabtu (1/10/2011).
Alm Topo sejak muda sudah bergabung dengan sejumlah klub pencinta alam. Salah satu favoritnya selain hiking adalah
bersepada gunung di tengah hutan pegunungan. Tak heran bila sejumlah
sepeda gunung dari berbagai tipe berjejeran di salah satu sudut
rumahnya.
Buah dari petualangannya di tengah alam masih tersimpan dalam bentuk foto dan binatang peliharaan. "Ini sangkar burung keok dari pedalaman Papua tahun 2006. Kalau ayam hutannya pemberian orang Suku Baduy (Banten) tahun 2005," terang Sunny.
Sementara
itu menurut putra kedua Topo, Diego Bagus Bawono (29), ayahnya adalah
tipe pria gaul lantaran memiliki banyak teman dari kalangan muda. "Itu
karena hobinya sebagai pencinta alam. Punya banyak teman. Malah banyak
anak mudanya," ujar Diego.
Tak heran bila waktu-waktu liburan
dari tugas sebagai perwira operasi penerbangan, almarhum kerap bepergian
menyisir alam. "Bapak mau ke gunung," kata Diego menuturkan kebiasaan
ayahnya saat berpamitan. Baik Barbara Budiyanti (54), istri almarhum,
maupun keempat anaknya sudah sangat mafhum dengan kalimat tersebut: sang
ayah ingin menikmati hobinya sebagai pencinta alam.
Tak ada yang
menyangka bila jalan hidup Topo pun berakhir di tengah alam. Bagus
Soetopo Sucito Putro adalah salah seorang awak pesawat CASA 212-200
yang jatuh di Bahorok, Langkat, Sumatera Utara. Di tengah belantara yang
sulit dijamah tangan manusia, ajal menjemputnya bersama tiga awak PT
Nusantara Buana Air (NBA) dan 14 penumpang lainnya.
Ketua Badan
SAR Nasional Marsekal Madya Sudaryatmo menyatakan, berdasarkan laporan
petugas yang sudah terhubung pada pagi ini, semua penumpang pesawat CASA
212-200 yang jatuh di Bahorok, Langkat, Sumatera Utara, ditemukan meninggal dunia.
"Sampai pagi tadi, kami masih yakin dia survive.
Orangnya tangguh dan sudah biasa dengan situasi darurat begitu. Alam
liar sudah barang biasa buat dia," terang Rocky, teman dekat almarhum
dan sesama anggota Japos for Cycling (JSC), klub sepeda gunung.
Ia
menjelaskan, almarhum Topo adalah orang yang tangkas dan sangat
terlatih dalam teknik penyelamatan. Hal itu telah diakui rekan-rekannya
para pendaki gunung dan pencinta alam. Rizal, sahabat lamanya, menduga
kondisi pesawat memang tidak memungkinkan untuk penyelamatan diri.
Pria
kelahiran Solo, 22 Oktober 1950, ini akhirnya harus berpamitan
untuk selamanya meninggalkan istri tercinta dan keempat anaknya, serta
teman-teman pencinta alam. Hutan Taman Nasional Gunung Leuser menjadi
alam terakhir yang disinggahinya.
sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/10/01/17451445/Di.Tengah.Kesunyian.Alam.Kisah.Pencinta.Alam.Ini.Berakhir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar