Tim evakuasi pesawat CASA 212-200 menemukan para penumpang dan awak
pesawat masih duduk di kursi masing-masing saat mereka ditemukan
petugas, Sabtu (1/10) menjelang siang. Namun, semua penumpang dan awak
meninggal dunia dalam keadaan memakai sabuk pengaman.
Kepastian
kondisi 14 penumpang dan 4 awak pesawat CASA yang meninggal dunia di
lokasi kejadian disampaikan Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo
kepada wartawan, Sabtu siang, selepas menerima laporan dari gabungan tim search and rescue (SAR) dari lokasi kejadian.
”Para
penumpang masih berada di dalam pesawat dan berada di kursi,” tutur
Daryatmo tentang pesawat yang dioperasikan oleh Kapten Pilot Famal Ishak
dan Kopilot Budiono, engineer Nico Matulessy, serta flight operation
officer B Soetopo itu. Bersama mereka ada dua penumpang bayi, dua
anak-anak, dan 10 penumpang dewasa (lihat grafis manifes pesawat).
Menurut
Daryatmo, pintu-pintu pesawat dalam keadaan tertutup. Namun, moncong
pesawat remuk karena membentur dinding tebing dengan kemiringan 70
derajat. Sayap pesawat patah dan bagian atas pesawat juga remuk. Posisi
pesawat berada di atas pohon dalam keadaan miring. ”Evakuasi menjadi
sulit karena pesawat sewaktu-waktu bisa meluncur ke jurang,” katanya.
Pesawat
CASA 212-200 terbang dari Bandara Internasional Polonia, Medan, Rabu
(28/9) pukul 07.28 dengan tujuan Kutacane, Aceh Tenggara, Aceh.
Semestinya pesawat mendarat di Bandar Udara Alas Leuser, Kutacane, pukul
08.03. Namun, 10 menit sebelum jadwal pendaratan, Air Traffic Control
Bandara Polonia melaporkan pesawat tersebut hilang kontak (Kompas, 1/10).
Daryatmo
mengatakan, para penumpang diduga meninggal terkena impact dari
benturan. ”Bayangkan, kecepatan pesawat mencapai 130 knot,” katanya.
Daryatmo
memastikan bahwa evakuasi semua korban akan dilakukan melalui udara.
Evakuasi melalui jalan darat dihentikan karena tim tidak bisa mencapai
lokasi.
Setelah diturunkan di posko Bahorok, jenazah korban akan
dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik dan RS Bhayangkara,
Medan, melalui jalan darat untuk diidentifikasi.
Membelah badan pesawat
Dari
kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Aceh Tenggara,
wartawan Kompas melaporkan, gabungan tim evakuasi tengah berupaya
membuat helipad darurat di dekat Bukit Hulusekelem di tengah hutan TNGL,
tempat pesawat CASA 212 jatuh.
Kepala Seksi Bidang Operasi
Pangkalan Udara Medan Mayor Suharyono menjelaskan, tim akan segera
membelah badan pesawat guna mengangkat 14 penumpang dan 4 awak pesawat
yang tewas. ”Sudah ada 15 anggota tim evakuasi yang tiba di lokasi
pesawat. Mereka terdiri dari anggota Pasukan Khas TNI AU Medan, Yonif
100 Raider TNI AD Binjai, Brigade Mobil Polda Sumut, dan anggota
Basarnas,” kata Mayor Suharyono.
Untuk tahap awal, tim akan
membuka lahan untuk membuat helipad agar helikopter pengangkut jenazah
dapat mendarat. Selanjutnya, tim akan membelah pesawat guna mengevakuasi
jenazah. ”Perkiraan saya, besok siang kami sudah dapat mengangkat
jenazah. Mudah-mudahan cuaca bagus,” kata Suharyono di posko evakuasi di
Bahorok, Kabupaten Langkat, Sabtu.
Cuaca tak mendukung
Sejak
Sabtu siang, cuaca memburuk. Hujan deras dan awan tebal menyelimuti
Bahorok. Helikopter milik TNI AD jenis Bell dengan nomor register
HA-5103 pun kembali ke posko setelah menurunkan personel di Bukit
Hulusekelem.
Sementara itu, sebagian keluarga korban juga
meninggalkan posko evakuasi di Bahorok setelah mendengar kabar bahwa
semua penumpang pesawat berikut awaknya tewas.
”Sebaiknya memang
keluarga menunggu di RSUP Adam Malik karena jenazah akan kami bawa ke
sana,” kata Direktur Operasi dan Pelatihan Badan SAR Nasional Marsekal
Pertama TNI AL Sunarbowo Sandi di Bahorok.
Menurut Sunarbowo,
semua penumpang dikabarkan tewas setelah tim evakuasi berhasil
menjangkau pesawat pada Sabtu pagi. Sebagian besar badan pesawat rusak.
Semua penumpang masih berada di tempat duduk masing-masing.
Perwakilan Manajemen PT Nusantara Buana Air (NBA), James
Massie, mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas semua biaya
pengiriman jenazah korban dari lokasi hingga rumah. Pihaknya juga akan
membantu proses pencairan dana asuransi penumpang. PT NBA adalah
perusahaan yang mengoperasikan pesawat CASA 212 yang mengalami
kecelakaan pada Rabu (28/9).
Kejadian ini, menurut James, murni
kecelakaan. Selama tiga tahun mengoperasikan enam pesawat CASA 212, baru
kali ini pesawat PT NBA mengalami kecelakaan. ”Saya tidak tahu
faktornya apa. Yang jelas, pesawat yang jatuh ini laik terbang,”
ujarnya.
Komentar Menhub
Menteri
Perhubungan Freddy Numberi yang datang ke Posko Basarnas di Lanud Medan
mengatakan, berdasarkan analisis sementara, pesawat jatuh karena
terpaan angin. Kecepatan angin saat kejadian diperkirakan mencapai 30
knot. ”Saat evakuasi berlangsung pun kecepatan angin mencapai 15 knot
hingga 30 knot sehingga menyulitkan evakuasi,” tutur Freddy.
Menurut
Freddy, pesawat dan pilot dalam kondisi laik terbang sehingga analisis
sementara mengarah ke cuaca. ”Namun, lebih detailnya kami menunggu hasil
pemeriksaan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),” tutur
Freddy.
Freddy mengatakan, Kementerian Perhubungan akan
mengevaluasi ulang rute Medan-Kutacane jika melihat angin di kawasan
Bahorok kuat. Ada kemungkinan rute dipindahkan. Kementerian Perhubungan
juga akan mengevaluasi kinerja PT NBA terkait kecelakaan ini.
Kepala
Dinas Kesehatan Sumatera Utara Chandra Safei mengatakan, tim kesehatan
telah siap menerima korban. Sebanyak 15 ambulans telah disiapkan di
lokasi kejadian.
sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/10/02/01510212/Penumpang.Ditemukan.Meninggal.Terikat.di.Kursi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar